Metaverse: Peluang Inovasi Serta Kekhawatiran Mengikutinya

Subscribe Dengan Account Google Untuk Membaca Semua Artikel Ini!
Drone Kamera Jarak Jauh Fotografi Udara

Drone Kamera Jarak Jauh Fotografi Udara

resolusi kamera 4K, sehingga gambar lebih tajam, dan gambar dapat di lihat dengan jelas. dapat berputar 360°, aplikasi wificam, drone dapat di pantau dari handphone, Terbang dengan ketinggian 50m, jarak kontrol maksimum 1000m. Waktu penerbangan 30 menit, waktu pengisian daya 60 menit.

Buy


3) Peter Warman


Sementara itu, Peter Warman, CEO Newzoo menganggap metaverse sebagai tempat yang memungkinkan orang-orang untuk menjadi penggemar, pemain, dan kreator secara bersamaan. Menurutnya, hal ini akan memaksimalkan engagement, yang juga akan mendorong potensi bisnis.


4) Jesse Alton


Jesse Alton, bos dari Open Metaverse, grup yang membuat standar open source untuk metaverse menjelaskan bahwa idealnya, metaverse tidak tergantung pada satu teknologi milik satu perusahaan, tapi terdiri dari berbagai teknologi buatan banyak perusahaan yang saling terhubung dengan satu sama lain.


Semua Berlomba-lomba Masuk Metaverse


Seperti awal euforia sosial media dimana semua orang berlomba-lomba masuk ke sosial media, hal ini pun terjadi di metaverse. Hampir semua perusahaan-perusahan besar di dunia berlomba ingin jadi yang pertama di metaverse.

Hal inipun di ikuti dengan antusiasme orang seantero jagat yang berusaha berbondong-bondong ke metaverse. Tentunya semua ini balik lagi karena terinspirasi dari keberhasilan bitcoin yang begitu mengesankan pertumbuhanya.

Semua berlomba ingin menjadi pemilik pertama di tanah yang dijual di metaverse. Bagi orang mengerti dan dibarengi dengan keberlimpahan ekonomi tentu ini menjadi peluang investasi baru yang kedengeranya begitu menjanjikan di masa depan.

Namun tentunya berbeda dengan kita yang masih gagap tentang metaverse, bahkan sebagian dari kita masih di sibukan dengan masalah klasik yaitu tentang edukasi dan pemerataan inklusi keuangan. 

Hal ini cukup menghawatirkan saat permasalahan utama sebagian dari kita tentang edukasi dan inklusi keuangan yang belum merata, kita sudah di sibukan dengan metaverse.

Bisa jadi kita akan tergagap-gagap saat masuk metaverse, jika permasalahan umum kita belum terselesaikan yang pada akhirnya kita akan jadi objek yang hanya bisa menjadi follower tanpa bisa memanfaatkan peluang inovasi yang ada.


Gambaran Aktivitas Di Metaverse


Di metaverse, kehidupanya akan sama seperti di kehidupan yang kita jalani sekarang, di metaverse semua aset virtual di dalamnya dapat dimiliki seseorang.

Jika di dunia nyata orang membeli tanah untuk ditempati sebagai rumah, di metaverse orang juga akan bisa membeli lahan virtual untuk dijadikan tempat singgahnya.

Demikian juga dengan lukisan yang dipajang di rumah kita, di metaverse kita bisa membeli lukisan virtual yang dapat kita pajang di aset yang kita miliki.

Infrastruktur proses ekonomi tersebut dilandasi teknologi blockchain, dengan smart contract yang disebut Non-Fungible Token (NFT).

NFT memungkinkan sebuah aset virtual untuk diikat kepemilikannya oleh seseorang – yang sebenarnya konsepnya bisa disandikan dengan sertifikat tanah di dunia nyata.

Tanah dan bangunan diatasnya mungkin bisa ditempati siapa saja, tapi pemiliknya adalah orang yang ada di sertifikat tersebut.

Demikian juga dengan gambar-gambar virtual yang mungkin bisa disimpan dan digunakan banyak orang. Pemiliknya adalah yang tercatat di sistem kontrak NFT.

Baca artikel lainya:


*** artikel ini dirangkum dari berbagai sumber