Black Showman dan Pembunuhan di Kota Tak BernamaPembunuhan bisa terjadi di mana saja, termasuk di sebuah kota kecil, terpencil, dan nyaris terlupakan di tengah pandemi Covid-19. Seorang mantan guru SMP ditemukan tewas tercekik di halaman rumahnya sendiri. Buy |
Di pekan terakhir bulan januari 2022 selain aksi korporasi dari perusahaan telco XL Axiata yang mengakuisisi sebagain saham Link Net ada juga aksi akuisisi perusahaan startup Mybrand dan Warung Pintar.
Aksi akuisisi biasanya terkait dengan ekspansi perusahaan untuk melebarkan sayap dan tentunya juga terkait dengan explorasi ekonomi baru yang saat ini menjadi trend di kalangan para pengusaha startup.
Berikut ini sekilas tentang akuisisi Warung Pintar dan Mybrand :
yummy akuisisi mybrand // image kompas.com
MyBrand merupakan sebuah aplikasi social marketplace kuliner yang mendukung UMKM rumahan dengan penjualan dan sistem reseller. Sebelumnya MyBrand adalah delapan startup yang masuk ke dalam batch ketiga program akselerator Accelerating Asia.
MyBrand dikenal sebagai aplikasi yang menjadi wadah pendukung usaha berbasis media sosial agar dapat dijangkau oleh khalayak ramai melalui aplikasi marketplace khusus.
Melalui aplikasi tersebut, pengguna dapat memilih restoran dari beragam partner usaha kuliner berbasis online yang ada di sekitar lokasi terdekat.
Dikutip dari dailysocial.id, "Kami memiliki kesamaan visi dan misi dengan MyBrand untuk membantu pelaku usaha kuliner terutama UMKM agar lebih mudah menjangkau dan melayani konsumen mereka dengan teknologi yang kami miliki.
Akuisisi ini kami yakini akan memperluas jangkauan kami terhadap UMKM di Indonesia untuk memiliki akses akan sebuah platform yang mendukung pertumbuhan usaha mereka," kata Co-Founder & CEO Yummy Corp Mario Suntanu.
Akuisisi ini juga diikuti dengan bergabungnya seluruh tim MyBrand, termasuk Louise Lautan selaku founder yang kini menempati posisi strategis sebagai Managing Director di Yummy Corp.
Hingga saat ini merchant yang tergabung dengan Yummyshop dan MyBrand telah mencapai 15.000 unit di seluruh Indonesia.
Dengan adanya akuisisi ini, diharapkan menjadi awal terciptanya berbagai teknologi yang lebih inovatif untuk industri kuliner di tahun depan yang tentunya mampu memberikan fitur yang menjawab kebutuhan para pelaku bisnis kuliner di Indonesia.
Setelah akuisisi, Warung Pintar akan tergabung sebagai bagian dari Sirclo Group untuk bersama-sama menghadirkan solusi omnichannel menyeluruh bagi prinsipal, brand, distributor, pelaku usaha, hingga konsumen akhir. Langkah ini menandai aksi korporasi kedua Sirclo setelah mengakuisisi Orami pada April 2021.
sriclo akuisisi warung pintar // image techin asia
Dikutip dari dailysocial.id, akuisisi ini menempatkan Brian Marshal sebagai CEO Sirclo Group dan Agung Bezharie (Co-founder dan CEO Warung Pintar) akan memimpin pilar bisnis Sirclo yang baru, yakni layanan ‘New Retail’.
Selain itu, Danang Cahyono (COO Sirclo) akan memimpin pilar bisnis ‘Enterprise Solutions’ dan Ferry Tenka (CEO Orami) akan memimpin pilar bisnis ‘Entrepreneur Solutions’.
Kategorisasi jabatan ini sekaligus memberikan gambaran jelas mengenai pilar solusi Sirclo Group, yakni solusi bagi Enterprise, Entrepreneur, dan UMKM, serta model bisnis New Retail seperti warung.
Dengan penggabungan usaha ini, Sirclo Group mencatatkan: lebih dari 150 ribu brand yang telah dilayani secara akumulatif; lebih dari 500 ribu pemilik warung atau toko kelontong; jangkauan terhadap lebih dari 15 juta konsumen akhir; dan lebih dari 80 titik distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam keterangan resmi, Co-Founder & CEO Sirclo Group Brian Marshal mengatakan, akuisisi ini didasari oleh kesamaan misi kedua perusahaan untuk mempermudah seluruh pelaku usaha di Indonesia untuk berjualan di berbagai dari online hingga offline.
Namun biasanya jika yang di akusisi adalah perusahaan startup, implementasi nilai-nilai baru cenderung lebih mudah karena fleksibilatas pergerakan organisasi yang lebih agile.
Tentunya berbeda jika dibandingkan dengan akuisisi perusahaan yang sudah punya organisasi yang solid dan mapan, akan banyak waktu yang perlu di lalui untuk sebuah perusahaan bisa mengadopsi nilai dan visi yang dibawa perusahaan pengakuisisi.