Task Scheduler Django Celery Redis

Subscribe Dengan Account Google Untuk Membaca Semua Artikel Ini!
Task Scheduler Django Celery Redis

Table Of Content

Redis


  • Apa itu redis ?

  • Bagaimana cara kerja redis

  • Keunggulan Redis

  • Kasus penggunaan redis

  • Install redis

  • Test status redis server


Django

  • Install django

  • Konfigurasi environment django redis

  • Membuat app di django


Celery

  • Install celery

  • Konfigurasi django dan celery

  • Test status celery

  • Membuat worker dengan celery

  • Membuat scheduler dengan django dan celery


 

Redis


 

A) Apa itu Redis?


Redis, singkatan dari Remote Dictionary Server, adalah penyimpanan data dalam memori yang super cepat dengan sumber terbuka untuk digunakan sebagai database, cache, broker pesan, dan antrean.

Proyek ini dimulai ketika Salvatore Sanfilippo, pengembang awal Redis, mencoba meningkatkan skalabilitas startup Italia miliknya.

Redis kini memberikan respons dalam waktu di bawah satu milidetik yang memungkinkan jutaan permintaan per detik untuk aplikasi real-time pada Permainan, Ad-Tech, Layanan Finansial, Layanan Kesehatan, dan IoT.

Redis adalah pilihan populer untuk caching, manajemen sesi, permainan, papan peringkat, analisis real-time, geospasial, tumpangan berkendara, obrolan/perpesanan, streaming media, dan aplikasi pub/sub.

B) Bagaimana cara kerja Redis?


Semua data Redis terdapat di dalam memori, berbeda dengan database yang menyimpan data di disk atau SSD.

Dengan menghilangkan kebutuhan untuk mengakses disk, penyimpanan data di dalam memori seperti Redis menghindari penundaan waktu pencarian dan dapat mengakses data dalam mikrodetik.

Redis dilengkapi dengan struktur data serba guna, ketersediaan yang sangat baik, geospasial, Lua scripting, transaksi, persistensi di disk, dan dukungan klaster yang membuatnya lebih mudah untuk membuat aplikasi skala internet secara real-time.

C) Keunggulan Redis


1) Penyimpanan data di dalam memori

Semua data Redis terdapat di memori utama server, yang berbeda dari database seperti PostgreSQL, Cassandra, MongoDB dan lainnya yang menyimpan sebagian besar data di disk atau di SSD.

Dibandingkan dengan database berbasis disk tradisional di mana sebagian besar operasinya memerlukan roundtrip ke disk, penyimpanan data di dalam memori seperti Redis tidak mendapat konsekuensi yang sama.

Maka, database tersebut dapat mendukung urutan magnitudo lebih banyak operasi dan waktu respons yang lebih cepat.

Hasilnya adalah – kinerja super cepat dengan operasi baca atau tulis rata-rata memerlukan waktu kurang dari satu milidetik dan mendukung jutaan operasi per detik.