Merasa mencari kerja akhir-akhir ini semakin menantang?.
Banyak fresh graduate dan pencari kerja merasakan hal yang sama.
Seringkali, Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dituding sebagai biang keladi utama.
Namun, benarkah AI telah mengambil alih semua pekerjaan, atau ada faktor lain yang lebih krusial, yaitu kemampuan kita untuk beradaptasi?
Saya melihat ini bukan sekadar masalah teknologi, melainkan pergeseran lanskap dunia kerja secara fundamental.
Kabar baiknya, dengan strategi yang tepat, Anda bisa menaklukkan tantangan ini dan bahkan unggul di era baru ini.
Mari kita bedah bersama kenapa mencari kerja terasa lebih sulit dan bagaimana Anda bisa beradaptasi.
Angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang meningkat dan ketidaksesuaian antara jumlah pencari kerja dengan lowongan yang tersedia menjadi faktor utama.
Namun, menuding AI sebagai satu-satunya penyebab adalah sebuah penyederhanaan.
Kenyataannya, AI bekerja sebagai "katalisator perubahan".
Sebuah survei dari Jobstreet pada tahun 2024 mengungkapkan bahwa 20% perusahaan di Indonesia telah menggunakan AI dalam proses rekrutmen.
Mayoritas (76%) memanfaatkannya untuk penyaringan kandidat atau screening CV secara otomatis. Ini artinya, CV Anda harus bisa "berbicara" kepada mesin sebelum sampai ke tangan HRD.
AI tidak serta merta menghilangkan pekerjaan, tetapi mengubah cara kerja dan jenis keahlian yang dibutuhkan.
Pekerjaan repetitif dan administratif kini banyak diotomatisasi.
Di sisi lain, permintaan untuk peran-peran baru yang berkaitan dengan teknologi, analisis data, dan strategi kreatif justru meningkat.
Jadi, masalahnya bukan semata-mata "AI mengambil pekerjaan", melainkan "apakah kita sudah siap dengan pekerjaan yang dibutuhkan di era AI?"
Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan tuntutan baru inilah yang sebenarnya menjadi penghalang terbesar bagi banyak pencari kerja.
Perusahaan kini tidak hanya mencari ijazah atau nilai akademis, tetapi individu yang menunjukkan kemauan belajar, fleksibilitas, dan kemampuan untuk berkembang seiring teknologi.
Berikut adalah saran praktis bagi para pencari kerja dan fresh graduate untuk beradaptasi dan menjadi talenta yang paling dicari di era digital: