Merasa Karir Stagnan? Saatnya Manfaatkan 1 on 1 Meeting dengan Atasan

Subscribe dengan Account Google untuk mendapatkan News Letter terbaru dari Halovina !
Merasa Karir Stagnan? Saatnya Manfaatkan 1 on 1 Meeting dengan Atasan

Anda ingat hari pertama bekerja?

Semangat yang membara, tantangan baru yang terasa mendebarkan, dan setiap tugas adalah sebuah kesempatan untuk belajar.

Lima tahun berlalu. Kini, Anda adalah seorang profesional andal, pilar bagi tim Anda.

Keyboard di jemari Anda terasa begitu familiar, alur proyek sudah bisa ditebak bahkan sebelum dimulai, dan tantangan yang dulu memacu adrenalin, kini terasa seperti rutinitas yang monoton.

Lalu, datanglah perasaan itu. Rasa bosan.

Sebuah perasaan sunyi di tengah kesibukan, yang seringkali kita tafsirkan sebagai sinyal untuk berhenti. "Mungkin ini saatnya mencari tempat baru," bisik hati Anda. Tapi, tunggu dulu.

Bagaimana jika rasa bosan itu bukanlah sebuah tembok, melainkan sebuah gerbang? Bagaimana jika perasaan itu adalah notifikasi dari alam bawah sadar Anda yang berkata, "Selamat, Anda telah menguasai level ini. Saatnya naik ke level berikutnya."

Perasaan bosan bukanlah tanda kegagalan. Ia adalah tanda bahwa Anda telah tumbuh melebihi kapasitas peran Anda saat ini. Anda siap untuk lebih, Anda butuh lebih.

Pertanyaannya bukan "Haruskah saya pergi?", melainkan "Bagaimana saya bisa tumbuh di sini?"

Jawabannya seringkali tersembunyi di dalam sebuah ritual kantor yang paling sering disia-siakan: meeting one-on-one (1-on-1) dengan atasan Anda.

1-on-1: Dari Laporan Status Menjadi Arena Pertumbuhan Karir


Banyak dari kita memperlakukan 1-on-1 sebagai sesi laporan status yang kaku.

Kita datang, memberikan update pekerjaan, menyebutkan beberapa kendala, lalu pulang dengan perasaan hampa yang sama. Ini adalah peluang yang terbuang.

Sudah saatnya merevolusi cara pandang kita. Anggaplah 1-on-1 bukan sebagai ruang sidang, melainkan arena sparring strategis untuk karir Anda.

Posisikan manajer Anda bukan sebagai penilai, tapi sebagai coach atau navigator. Anda adalah pengemudinya, Anda yang menentukan tujuan.

Namun, seorang pengemudi yang hebat tidak pernah berangkat tanpa persiapan. Datang ke 1-on-1 tanpa persiapan adalah resep pasti untuk percakapan yang tidak efektif. Untuk mengubah permainan, Anda butuh tiga amunisi utama.

Tiga Amunisi untuk Pertemuan yang Mengubah Segalanya


1) Introspeksi: Temukan Peta Harta Karun di Dalam Diri Anda

Sebelum meminta arah dari orang lain, Anda harus tahu di mana Anda berdiri dan ke mana Anda ingin pergi. Tanyakan pada diri sendiri dengan jujur:

  • Apa yang spesifik membuat saya bosan? Apakah teknologinya, skala masalahnya, atau kurangnya ownership?

  • Kapan terakhir kali saya merasa bersemangat? Apa elemen dari pekerjaan saat itu yang membuatnya hidup?

  • Apa yang akan membuat saya bersemangat lagi? Apakah belajar teknologi baru, memimpin sebuah inisiatif, atau menjadi mentor bagi junior?


Jawaban dari pertanyaan ini adalah kompas internal Anda.
2) Observasi: Lihat Peluang di Sekitar Anda

Angkat kepala Anda dari tumpukan kode atau dokumen. Lihat gambaran besarnya.

  • Apa tantangan terbesar yang sedang dihadapi perusahaan atau departemen Anda?

  • Adakah proyek baru yang menarik ?

  • Adakah "masalah menyebalkan" yang tidak ingin disentuh orang lain tapi sebenarnya merupakan peluang besar untuk menunjukkan kemampuan?


Menyelaraskan ambisi pribadi Anda dengan kebutuhan perusahaan akan membuat permintaan Anda terdengar strategis, bukan egois.
3) Inisiasi: Tunjukkan Anda Serius dengan Sebuah Agenda

Ini adalah langkah profesional yang sering diabaikan. Kirimkan email singkat kepada manajer Anda sehari sebelum pertemuan, menguraikan poin-poin yang ingin Anda diskusikan.

Contohnya, "Saya ingin berdiskusi lebih dalam tentang aspirasi karir saya dan bagaimana saya bisa memberikan dampak yang lebih besar."

Langkah kecil ini secara instan mengubah dinamika pertemuan. Anda menunjukkan inisiatif, menghargai waktu mereka, dan memberi sinyal bahwa ini akan menjadi percakapan yang substantif.

Seni Bertanya: Ubah Keluhan Menjadi Peluang


Di dalam pertemuan, ganti kalimat keluhan dengan pertanyaan yang berorientasi pada solusi dan masa depan.

  • Jangan katakan: "Pekerjaan saya monoton."

  • Tanyakan: "Saya merasa siap untuk tantangan yang lebih besar, yang bisa 'sedikit menakuti' saya. Adakah masalah kompleks atau sistem warisan yang bisa saya ambil kepemilikannya untuk dioptimalkan?"

  • Jangan katakan: "Saya tidak belajar hal baru."

  • Tanyakan: "Saya sangat tertarik mendalami [sebutkan teknologi]. Adakah proyek di masa depan di mana saya bisa mulai berkontribusi, bahkan dalam skala kecil, untuk membangun keahlian di area tersebut?"

  • Jangan katakan: "Saya tidak tahu jenjang karir saya."

  • Tanyakan: "Saya bercita-cita untuk mencapai peran [sebutkan peran, misal: Tech Lead]. Menurut Anda, apa pengalaman kunci yang masih saya butuhkan, dan bagaimana kita bisa membuat rencana untuk mencapainya bersama?"


Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya menunjukkan keinginan Anda, tetapi juga keberanian, inisiatif, dan komitmen untuk tumbuh bersama perusahaan.

Anda Adalah Arsitek Karir Anda


Rasa bosan adalah katalisator. Ia adalah energi potensial yang menunggu untuk diubah menjadi energi kinetik. Berhenti melihatnya sebagai alasan untuk melarikan diri, dan mulailah melihatnya sebagai undangan untuk membangun.

Anda adalah CEO dari karir Anda sendiri, dan manajer Anda adalah salah satu anggota dewan direksi terpenting. Gunakan sesi 1-on-1 Anda berikutnya bukan untuk sekadar melapor, tetapi untuk mempresentasikan visi masa depan karir Anda.

Jadi, sebelum Anda membuka portal lowongan kerja, buka kalender Anda. Jadwalkan 1-on-1 berikutnya, persiapkan amunisi Anda, dan bersiaplah untuk mengubah rasa bosan itu menjadi batu loncatan paling signifikan dalam perjalanan profesional Anda.

Baca artikel lainya :