Wrapped Token CaraToken Crypto Saling Terhubung

Subscribe Dengan Account Google Untuk Membaca Artikel Tanpa Iklan
Wrapped Token CaraToken Crypto Saling Terhubung

Secara konsep, wrapped token adalah token cryptocurrency yang nilainya ditautkan oleh nilai aset kripto lainnya. Wrapped token disebut demikian lantaran aset aslinya disimpan dalam sebuah wrapper, yakni semacam “ruang” digital di mana versi wrapped dari aset asli tersebut diciptakan.

Lantas, apa sih gunanya wrapped token? Manfaatnya adalah untuk menghubungkan antar satu blockchain dengan blockchain lainnya. Sehingga koin native dari satu sistem blockchain bisa digunakan di sistem blockchain lainnya.


Seperti yang kita tahu, setiap blockchain memiliki fungsi yang berbeda-beda. Sehingga, masing-masing di antara mereka tak bisa berkomunikasi satu sama lain.

Keterhubungan antara satu blockchain dengan blockchain lainnya memang sudah berupaya diatasi dengan berbagai skema, namun tetap saja biaya yang dikeluarkan kurang efisien.

Nah, untuk itulah wrapped tokens hadir. Dia menjadi penghubung antar beberapa blockchain sehingga komunikasi antar teknologi itu bisa terjalin.

Wrapped token adalah salah satu solusi termurah dalam mengatasi interoperasi blockchain. Koin native dari berbagai blockchain tersebut dibuat dalam versi token, lalu diluncurkan dalam blockchain Ethereum.

Koin tersebut diberi selubung yang membuatnya dapat beroperasi pada blockchain laiknya token. Biasanya, protokol yang digunakan pada wrapped token adalah protokol ERC-20 yang identik.

Cara Kerja Wrapped Token


Jika kamu memiliki 1 BTC, aset kripto tersebut hanya dapat beroperasi pada jaringan blockchain bitcoin. Kecuali kamu membungkusnya dalam protokol ERC-20 untuk dapat dioperasikan pada jaringan Ethereum.

Saat sudah diselubung di protokol ERC-20, BTC kamu menjadi token bernama WBTC. Namun, meski sudah berubah wujud, perbandingan nilainya tetap 1:1 dengan aset kripto yang diselubunginya. Artinya, meskipun Bitcoin milikmu kini telah dapat beroperasi pada jaringan Ethereum, sejatinya dia tetap BTC dengan nilai yang sama.

Aset kripto yang telah “dibungkus” dengan protokol token dipegang oleh kustodian. Artinya, kepemilikanmu atas WBTC setara dengan kepemilikan BTC.

Cara Membuat Wrapped Token


Membuat wrapped token sendiri tidaklah rumit. Ada dua langkah yang harus dilakukan jika kamu ingin membungkus aset kripto kamu menjadi token.

Langkah pertama adalah merchant sebagai inisiator memulai prosesnya dengan mengirim aset yang ingin di wrap kepada kustodian. Adapun, kustodian di sini adalah entitas yang menyimpan nilai setara dengan aset yang diselubung.

Kemudian, kustodian akan “mentransformasi” aset tersebut agar cocok dengan jaringan Ethereum, yakni membungkusnya dengan protokol token ERC-20. Hasilnya dikirim kembali kepada merchant dengan perbandingan nilai 1:1.

Saat ingin mengembalikan aset kripto yang telah ditokenisasi, merchant pun dapat kembali mengirimnya ke kustodian. Lalu, merchant akan menerima jumlah aset yang sepadan dengan nilai token terselubung tersebut.

Uniknya, token native dari jaringan blockchain Ethereun sendiri kerap ditokenisasi. Alasannya adalah Ethereum dibuat sebelum protokol ERC-20 diciptakan. Sehingga, meski keduanya beroperasi pada blockchain yang sama, ETH tidak kompatibel dengan ERC-20. Karenanya lahirlah WETH, yakni versi token dari koin Ether.

Namun, penggunaan blockchain untuk praktik wrapped token tidak terbatas hanya pada Ethereum saja. Blockchain lain seperti Binance Smart Chain (BSC) pun menyediakan protokol khusus jika kamu berminat membuat token terselubung pada jaringannya, yakni BEP-20.

Keuntungan dan Kerugian Membuat Wrapped Token


Tentunya menyelubungi aset kripto yang kamu miliki menjadi token merupakan langkah yang harus diukur keuntungan dan kerugiannya. Apalagi biaya transaksi saat akan meluncurkan sebuah smart contracts di jaringan blockchain tertentu tidaklah murah.

Salah satu keuntungan yang kamu peroleh dengan membuat token terselubung adalah fleksibilitas menggunakan aset kripto kamu pada jaringan blockchain lain. Fleksibilitas ini membuat aset kripto yang sedang menganggur bisa dimanfaatkan untuk kegiatan di blockchain lain.

Ditinjau secara makro, skema ini mampu meningkatkan likuiditas antar blockchain dengan efektif. Apalagi, metode ini jauh lebih murah, cepat dan efisien ketimbang melakukan transfer dengan skema lainnya. Fee yang harus kamu bayarkan pun lebih murah.

Tetapi, tentunya ada risiko yang harus kamu pertimbangkan untuk dimitigasi. Salah satu risikonya adalah kustodian yang kurang terpercaya.

Mengingat sang kustodian adalah penanggung jawab aset kamu selama dialihkan jadi wrapped token, kredibilitasnya tentu harus diteliti dengan masak. Jangan sampai sang kustodian membawa lari aset kamu dan meninggalkan kamu hanya dengan token berisi aset proxy.

Di masa depan mungkin akan ada banyak metode menyelubung aset dengan cara yang lebih terdesentralisasi, sehingga praktiknya tidak perlu banyak bergantung pada sang kustodian. Namun, hingga saat ini, skema yang tersedia masih meninggalkan risiko dari lembaga perantara tersebut.

Baca artikel lainya:


sumber referensi: pluang, investopedia